AFKIR DI MATA INDUSTRI MODEREN JEPANG.
Oleh : Eddy Boekoesoe.
Editor : LM Taufiqurrahman Nasiru

Afkir, adalah dosa dalam industri Jepang. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menyatakan bahwa pemborosan adalah temannya setan, sayangnya kita sudah lebih banyak berteman dengan setan.
Jepang memiliki tolok ukur afkir yaitu 0.5% sebagai batas usaha yang baik. Malah saking semangatnya menghilangkan afkir, sampai ada program yang bernama zero defect atau zero waste. Zero defect bukan angan-angan tetapi suatu tingkat yang harus diwujudkan dengan skema yang nyata dan mudah dilaksanakan.
Karena adanya tolok ukur 0.5% prosen itu, industriawan Jepang merasa heran jika ada afkir sampai 15%.
Afkir pada pasca panen produksi beras sebesar 13.5% dan – baik pemerintah apalagi rakyat, tenang-tenang saja mengetahui angka ini.

Mereka tidak tahu bahwa afkir 13.5% itu setara enam juta ton beras yang kita buang secara serampangan. Dan kita harus mengimpor minimal dua juta ton tiap tahun. Membuang enam ton lalu mengimpor dua juta ton.

Menteri pertanian, Andi Amran Sulaeman bilang, kita sudah swa-sembada beras dan Presiden Joko Widodo manggut-manggut.

Kalau anda keliling Jakarta (saya tidak tahu di tempat lain), anda akan lihat tiang listrik PLN diganduli puluhan meter kabel dalam berbagai ukuran. Disetiap tiang !!! Lalu PLN mengklaim merugi dan negara harus selalu mensubsidi PLN. Ini baru sebahagian kecil dari afkir yang dibuat bangsa besar ini tanpa sadar.

Mengapa hal ini terjadi? Karena bangsa besar ini BUTA INDUSTRI MODEREN. Solusinya, pemerintah harus dengan segera memoderenkan industri dalam negeri agar supaya bangsa besar yang 80% beragama Islam ini – jangan jadi kawannya setan. Merdeka !!!
More Stories
AL QUR’AN BUKAN KARANGAN RASULULLAH SAW
RI Masuk 10 Negara Pengutang Terbesar di Dunia
Memilukan, pria interseks di Thailand punya dua kelamin