Berita ini diberdayakan untuk kompas.com
Oleh; Miranti Kencana Wirawan

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Seorang uskup dari gereja Episkopal ungkapkan kemarahannya. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menggunakan Alkitab dan salah satu gereja Episkopal sebagai ‘properti’ untuk fotonya.
Aksi itu terjadi setelah para petugas kepolisian menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan demonstran di wilayah Gedung Putih agar dapat memberi jalan bagi Trump.
Demonstran di AS masih ramai memenuhi ruas-ruas jalan di berbagai kota negara bagian, buntut dari kematian pria Afrika-Amerika George Floyd di tangan petugas polisi Minneapolis, Derek Chauvin.
Beberapa menit setelah menyampaikan pentingnya hukum dan ketertiban di Rose Garden, Gedung Putih, Presiden Trump berjalan ke seberang jalan menuju gereja Episkopal St. John, tempat di mana semua presiden AS sejak James Madison beribadah.
Saat itulah petugas kepolisian menyemprotkan gas air mata agar kerumunan demonstran menyingkir dari jalan dan Trump bisa melalui mereka dengan aman.
Ketika Trump sampai di gereja Episkopal St. John, Trump mengangkat sebuah Alkitab dan berkata, “Tuhan adalah cinta,” sembari berpose di depan tanda papan gereja.
Pendeta Mariann Budde dari Keuskupan Episkopal Washington mengatakan pada Washington Post sebagaimana dilansir The Guardian,
“Saya, uskup dari Keuskupan Episkopal Washington yang bahkan tidak diinformasikan secara resmi bahwa para demonstran akan dibubarkan dengan gas air mata sehingga mereka bisa menggunakan salah satu gereja kami sebagai properti,” ujar Budde yang merujuk pada Alkitab dan gereja yang digunakan Trump dalam fotonya.
Menurut Budde, pesan yang disampaikan Trump berlawanan dengan nilai-nilai cinta dan toleransi yang dianut gereja.
“Biar saya perjelas, Presiden menggunakan Alkitab, teks paling suci dari tradisi Yahudi-Nasrani, dan salah satu gereja kami tanpa izin sebagai latar belakang (fotonya) dengan pesan yang berlawanan dengan ajaran Yesus,” ujar Budde kepada CNN.
“Kami berpihak pada mereka yang tak terhitung jumlahnya, yang mencari keadilan bagi kematian George Floyd dan saya tak percaya dengan apa yang saya lihat,” tambahnya.
Ketika protes meluas, sebagaimana dilansir The Associated Press, gereja St. John mengalami sedikit kerusakan pada Minggu malam waktu setempat akibat kebakaran yang terjadi di bagian basement.
Budde mengatakan kerusakan itu sangat kecil, dibandingkan dengan banyak tempat bisnis yang hancur akibat penjarahan yang dilakukan massa.
“Kita bisa membangun kembali gereja. Kita bisa mengganti perabotan,” ujar Budde, “Tapi kita tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang.”
Kemarahan Budde juga digemakan oleh para pemimpin agama lainnya. Ketua Uskup, Michael Curry, kepala uskup gereja Episkopal provinsi itu menuduh presiden Trump telah menggunakan Alkitab dan gereja sebagai bagian dari alat politiknya.
Dilansir The Associated Press, dia mengatakan, “Ini terjadi pada saat yang menyakitkan dan menderita di negara kita, dan perbuatannya (Trump) tidak membantu apa pun dalam menyembuhkan kita,” ujar Curry, seorang Afrika-Amerika pertama yang memegang jabatan kepemimpinan Episkopal AS.
Curry juga menambahkan, “Demi George Floyd, dan semua yang telah menderita, demi kita semua, kita membutuhkan pemimpin yang dapat membantu kita untuk ‘menjadi satu bangsa, di bawah naungan Tuhan dengan kebebasan dan keadilan bagi semuanya.”
Seorang pastor Katolik, Edward Beck dalam kicauannya di Twitter merespons perbuatan Trump dengan pernyataan, “Pernahkah Alkitab dipergunakan lebih tidak jujur dan dengan cara yang eksploitatif (dari ini)?”
Tayangan Televisi menyiarkan Trump menuju gereja St. John setelah presiden itu dikritik karena telah berlindung di sebuah bunker ketika para demonstran berkumpul di luar Gedung Putih pada Jumat malam waktu setempat.
Selama satu jam, Trump berada di bunker. Tempat itu biasanya digunakan untuk berlindung dari perang atau pun dari serangan teroris.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.