SAMPAI HOLLYWOOD TUNDUK KEPALA

Ricky Suwarno, praktisi muda Artificial Intelligence Indonesia

Sampai Hollywood tunduk kepala bila memasuki pasaran film di China Daratan. Hollywood, nama yang sudah tidak asing lagi bagi semua penduduk di planet bumi ini.

Hollywood adalah sebuah distrik di LA, California AS yang lebih dikenal dengan industry perfilmannya di seluruh dunia.

Objek pariwisata terkenal di Hollywood antara lain, Hollywood walk of fame, Universal Studios ataupun tulisan besar Hollywood di Hollywood hills. Termasuk sejumlah besar bioskop dan theatre bersejarah seperti Grauman’s Chinese Theatre dan Grauman’s Egyptian Theatre. Ataupun Kodak theatre yang menjadi tempat penyelenggaraan Oscar Awards sejak tahun 2002.

Tahukah Anda seberapa penting pengaruh sebuah film terhadap masyarakat.

Sampai Hollywood tunduk kepala

Para penikmat film-film Hollywood mungkin sudah mensinyalir jika Pentagon berada di belakang semua film-film Hollywood. Alasannya mudah dan sederhana yakni memperluas propaganda atau istilah kasarnya, mencuci otak manusia untuk menerima ideology AS ke seluruh dunia – sebagai juru selamat, sebagai pahlawan dunia.

Pada dasarnya, ketika seorang penulis scenario atau produser Hollywood datang ke Pentagon untuk meminta akses militer dalam membuat film perang. Mereka harus menyerahkan naskah kepada kantor penghubung untuk diperiksa. Namanya kepala penghubung departemen pertahanan (DOD) Hollywood.

Seandainya ada karakter atau dialog yang tidak disetujui, diwajibkan berubah. Jika mereka menolak, pembuat film harus angkat kaki dan pulang.

Hollywood adalah pabrik mimpi AS. Lebih dari sekedar budaya, ia sebenarnya membentuk imajinasi dan ideology AS.

Tetapi bisnis adalah bisnis dan Hollywood itu sendiri adalah bisnis.

Bisnis itu tiada batas dan tidak mengenal batas negara (kutipan terkenal dari WallStreet).

Pertumbuhan industry film di China mencapai angka 19% per tahun dan telah menjadi pasaran film terbesar di dunia, menurut China movie data information network.

Sementara di Hollywood AS sendiri, pertumbuhan perfilmannya 2% per tahun. Pada tahun 2020, Box Office di China di prediksi mencapai usd15M, sementara di Hollywood usd11M. Data ini di kutip dari Global Entertainment and media outlook.

Pemerintah Tiongkok sangat mendukung perfilman local termasuk segala fasilitasnya. Sebagai contoh, Hengdian world studios dengan area 70 hektar di sebelah barat Shanghai telah mendapat dukungan penuh dari pemerintah – merupakan studio film dan lokasi shooting terbesar di dunia.

Jauh melebihi Universal maupun paramount di Hollywood meski di gabungkan sekalpun. Sementara Wanda Group sedang membangun Qingdao Oriental Movie Metropolis yang jauh lebih gede lagi daripada Hengdian.

Beberapa tahun yang lalu Wanda Group mengakuisisi salah satu studio film Hollywood, Legendary Entertainment – pembuat film Superman, Jurrasic World, Batman Dark Knight dengan nilai usd3.5M.

Wanda Group merupakan salah satu perusahaan operator bioskop terbesar di dunia yang mendominasi jaringan bioskop Tiongkok, Wanda Cinema. American Multi Cinema (AMC), Australia Hoyts Group dan Eropa.

Di awal bulan Maret ini, total jumlah bioskop di Tiongkok ada 9.965 dengan jumlah layar lebar sebanyak 54.165.

Tiongkok sedang memasuki masa transisi dari pasaran film terbesar, menjadi negara perfilman terkuat. Jika pernah menonton Film Wolf Warrior2 di tahun 2017, hasil produksi China dengan sutradara Wujing (adik seperguruan Jet Lee) maka itu adalah salah satu indikatornya.

Dengan biaya USD1Billion menjadikan film tersebut menempati posisi prestasi terbaik diseluruh sejarah perfilman Tiongkok. Wolf Warrior2 berhasil meraih Guinness record dan masuk Top 100 film Hollywood produksi non Hollywood – berhasil menggeserkan Forrest Gump.

10 tahun yang lalu, total box office perfilman di China hanya CNY4Billion tetapi sampai di awal 2018, total box office perfilman sudah mencapai CNY80Billion atau sekitar USD12Billion pertama kali melampaui Amerika sebagai pasaran film terbesar di dunia.

Apa makna yang terkandung, Tiongkok sebagai pasaran film terbesar di dunia? Artinya, Tiongkok mengkontribusi lebih dari 35% untuk setiap film Hollywood di seluruh dunia per tahun.

Belakangan, Pemerintah Tiongkok membatasi pemasukan film asing terutama Hollywood. Hanya 34 film Barat yang dapat ditayangkan di bioskop Tiongkok setiap tahun dengan demikian Hollywood sendiri di buat untuk bersaing satu sama lainnya – demi merebut ceruk pasaran ini.

Persyaratan masuk yang ketat memang bagi Hollywood akhirnya harus memilih antara mendapatkan potongan 25% dari penjualan Box Office atau menjual film mereka kepada Tiongkok dengan harga yang ditetapkan oleh State Administration of Press, Publication, Radio, Film and Television (SAPPRFT).

Itulah sebabnya, mengapa kita sering melihat film Hollywood dengan unsur atau elemen latar belakang Chinesenya.

Salah Satu film kerjasama Hollywood dengan Tiongkok “The MEG” (Image:the Meg)

Berikut adalah beberapa kebijakan pemerintah Tiongkok terhadap film Barat atau Hollywood yang membuat Sampai Hollywood Tunduk Kepala dan bisa menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia:

1. Hollywood harus Joint Venture dengan Perusahaan perfilman Tiongkok dan harus mau menerima, minimal sepertiga dari total investasi perusahaan film Tiongkok. Misalnya Alibaba pictures, Tencent Pictures, Wanda Group dll.

2. Setidaknya satu adegan shooting harus di ambil di Tiongkok (sekaligus mempromosi secara gratis tentang daerah wisata Tiongkok).

3. Pemilihan pemain setidaknya satu actor atau aktris Tiongkok. Misalnya film ikan Hiu, the Meg tahun ini. Atau Iron Man3 di tahun 2013, Disney bermitra dengan DMG entertainment Group yang menampilkan actor Tiongkok dan lokasi Tiongkok. Disney juga memilih actor Inggris Ben Kingsley sebagai penjahat bernama The Mandarin – sosok karakter dalam buku komik Tiongkok yang mendasari film tersebut.

Dengan mengambil pendekatan ini, berarti film Hollywood mendapat green light untuk tidak diklasifikasikan sebagai film asing.

Harus diakui bahwa film-film Hollywood telah berhasil mempengaruhi dunia dari generasi ke generasi dengan polusi spiritual dan liberalisasi borjuis, penggerak pro-demokrasi. Seperti diketahui, film-film Hollywood menggunakan konsep-konsep perang.

Namanya konsep tiga perang; Perang psikologis, Perang media dan Perang hukum.

Perang psikologis berusaha melemahkan kemampuan operasional musuh oleh demoralisasi militer musuh termasuk penduduk sipil melalui TV, siaran radio, rumor dan sebagainya.

Perang media berusaha mempengaruhi opini public domestic dan internasional untuk membangun dukungan pada tindakan militer dan menghalangi lawan dari tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Pentagon.

Perang hukum, tingkat terakhir dari system itu dilihat sebagai permainan hukum internasional AS.

Just like what grandma says, apa yang di terima dan dilihat oleh rakyat kita lewat film-film barat ini, bisa menjadi nutrisi ataupun racun. What you eat becomes you. Oleh sebab itu, film nasional Indonesia saat ini masih belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Saya sangat berharap mestinya kita bisa mendapat tempat yang layak di hati masyarakat kita sendiri.

%d blogger menyukai ini: