Artificial Intelligence Indonesia – Kecerdasan Buatan Indonesia

Silicon Valley vs Zhongguancun Dua nama yang mungkin tidak asing lagi bagi teman-teman kalangan muda, tech-savvy, umur 20-30an. Silicon Valley adalah julukan bagi daerah selatan San Fransisco Bay Area, California. Julukan ini karena banyak perusahaan yang bergerak dibidang computer dan semikonduktor. Misalnya, searching engine yang kita pakai sehari-hari Google, Facebook, IG, Twitter, Apple, Amazon dll.
Sedangkan Zhongguancun, mungkin terasa asing bagi para tech-savvy Indonesia ataupun kalangan muda lainnya. Sangat Wajar. Karena hampir tiap hari kehidupan di tanah air semuanya dipengaruhi oleh media Barat. Pikiran orang barat. Gaya hidup dan budaya barat. Dari bangun sampai tidur semuanya dalam pengaruh budaya dan media Barat.
Silicon Valley vs Zhongguancun
Zhongguancun adalah pusat teknologi berbasis di Beijing, Cina. Suatu wilayah antara Jalan lingkar Barat Barat Laut dan jalan cincin keempat Barat Laut. Sistem Ekosistem Silicon valley dan Zhongguancun dengan asal usulnya, Dari tanah dan budaya yang jauh berbeda.
Pengusaha di silicon valley kebanyakan berasal dari keturunan atau generasi penerus generasi sebelumnya. Misalnya, keturunan pakar computer, dokter gigi, insinyur dan sebagainya. Mereka sering diajarin untuk mengubah dunia. Di masa universitas, mereka diajarin oleh peneliti-peneliti Top untuk belajar coding dan pendidikan liberal.
Tiap hari kerja dan pulang kantor melewati pinggiran kota California yang nyaman dan pemandangan yang penuh penghijauan dan udara segar. Memang suatu lingkungan yang sangat baik untuk menghasilkan pikiran yang luhur dan memecahkan masalah.
Sejarah silicon valley adalah sejarah terobosan ilmu computer yang khusus melahirkan Hippie Teknisi dengan wadah yang bagus, lebih polos dengan teknologi sederhana dan optimism. Mereka Percaya bahwa setiap orang dan bahkan setiap perusahaan bisa merubah dunia ini dengan pemikiran inovatif.
Dalam lingkungan demikian, plagiarism atau mengkopi ide atau produk orang lain dianggap memalukan – mengkhianati semangat jaman. Di silicon valley, semua orang mengejar inovasi dari 0 sampai 1 – menciptakan hasil karya asli seperti Apple. Steve jobs sebelum meninggal; “Tinggalkan tanda atau warisan di alam semesta”.
Perusahaan yang tumbuh dilingkungan demikian, kebanyakan lebih berorientasi pada misi. Mereka cendrung bermulai dari ide atau tujuan tertentu dan bekerja keras mencapai tujuan. Dengan pernyataan misi yang sangat sederhana. noble. Tidak ada rasa selera duniawi sama sekali.
Sebaliknya, di belahan bumi pasifik yang lain, lingkungan inovasi di Cina – lain sama sekali. Seandainya, menurut Taiji, silicon valley adalah “Yang”. Maka Inovasi Cina adalah “Yin”. Perusahaan cina tidak ber misi orientasi. Mereka ber orientasi pasar.
Sangat jelas dengan prioritas dan Goal, yakni menghasilkan uang. Tidak ada produk yang tidak bisa diproduksi, Mereka berpendapat – semua bisnis model bisa diadopsi. Dengan mentalitas seperti ini mereka menghasilkan bisnis model dan eksekusi yang lincah dan fleksibel.
Inilah esensi lean startup yang sangat di puja orang silicon valley. Dari mana atau asal siapa ide ini, tidak begitu penting bagi mereka. Yang terpenting, ide bisa tereksekusi dengan baik – menghasilkan uang.
Ketenaran, reputasi, kehormatan atau mengubah dunia bukanlah motivasi mereka. Walaupun mereka tahu, semuanya ini sangatlah menarik. Tetapi penghargaaan yang paling utama adalah kekayaan. Bagaimanapun caranya.
Mental pengusaha Cina yang selalu memandang “duit” mungkin bagi kebanyakan orang AS tidak sedap dipandang.Tetapi dibelakang semua ini ada sejarah dan latar belakangnya.
Ribuan tahun yang lalu, menghafal adalah inti pendidikan di Cina. Sejak dinasti Ming Qing, barang siapa yang mau menjadi pegawai kerajaan harus bisa membaca dan menghafal bahasa Cina kuno. Mematuhi undang-undang dan peraturan artikel delapan bagian.
Sedangkan di jaman Yunani Kuno, philosopher Socrates mengajari murid-murid untuk banyak bertanya, meneliti, mengejar kebenaran asal usul tentang hal-hal. Sementara itu, Philosopher Cina mengajarkan murid untuk mengikuti contoh dan mematuhi – Menjadi keturunan naga.
Selain itu, banyak berbagai kekurangan yang dialami Cina dalam pengembangan dan sumber teknologi di abad 20. Kebanyakan pengusaha high tech, dibanding dengan sejarah Cina melepaskan diri dari kemiskinan dari beberapa abad lamanya, tidak lebih dari waktu satu generasi.
Dalam persaingan yang ketat dan keinginan untuk memperoleh prestasi tinggi dalam ujian masuk perguruan tinggi yang terhebat, Mereka harus belajar keras dan menghafal – selama puluhan ribu jam.
Jadi, dalam kehidupan pengusaha-pengusaha Cina – Mereka mengandalkan kebijakan pemerintah dengan bekerja keras. Mereka berusaha menggantikan tiket nasi dengan saham atau cek gaji.

Silicon Valley vs Zhongguancun (Image: Cord Magazine)
Walaupun pertumbuhan ekonomi yang cepat, tidaklah meringankan beban serba kekurangan di hati. Mereka sering melihat bahwa pengontrolan regulasi yang tidak bisa mengikuti persaingan yang kejam – dimana dalam sekejap bisa membuat seseorang kehilangan segalanya. Sampai akhirnya, Chairman Deng Xiao Ping membawa reformasi dan keterbukaan untuk Cina.
Melepaskan pengaruh Chairman Mao yang egaliter. Deng berpikir sebagian orang harus kaya dulu – barulah bisa berkembang selanjutnya. Tetapi perkembangan dan kemajuan kilat, justru membuat orang Cina menjadi takut dan gelisah. Kalau action tidak cukup cepat, mengikuti perkembangan jaman, mempergunakan kesempatan – pasti akan dilampaui orang lain – dan Mereka akan kaya lebih dulu.
Justeru tiga unsur inilah; mematuhi dan meniru budaya yang ada sebelumnya, mental karena takut hidup kekurangan dan bersedia mencoba dan mempergunakan sebaiknya kesempatan yang ada – merupakan komposisi dasar psikologi dari eko system internet Cina.
Menurut saya, bukan hanya asal kelahiran maupun tradisi budaya yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang. Sifat pribadi dan regulasi pemerintah terhadap perilaku perusahaan juga sangat mempengaruhi.
Di Beijing, banyak orang di bidang digital internet sering bergurau; “Facebook adalah perusahaan Silicon Valley yang paling mirip perusahaan Cina”. Karena dia (Facebook-red) paling bersedia meniru perusahaan inovasi yang lain. Dan Mark Zuckerberg sendiri mempunyai kecenderungan kompetitif yang sangat kuat.
Bertahun-tahun, produk hasil tiruan dari Cina sering ditertawakan oleh orang Barat – orang-orang silicon valley. Dan dipandang sebagai barang murahan.
Yah, mungkin pengusaha Cina akan kehilangan muka tetapi pengusaha Cina tidak peduli. Mungkin bagi orang luar yang tidak mengerti atau melihat barang apa yang sedang diaduk di dalam teapot atau produk apa yang dihasilkan dari peniruan.
Tetapi hikmah terpenting yang bisa Kita ambil dan pelajari sebagai pengusaha Indonesia adalah Mereka menjadi sekelompok pengusaha kelas dunia yang bekerja keras – antusiastic, lincah dan fleksibel akan perubahan.
Kesimpulan, menurut Expert Market dalam Top Tech Cities in the world 2017; Beijing telah melampaui Silicon valley sebagai top technology hub di dunia. Berlin menduduki peringkat kedua dan San Fransisco menduduki peringkat ketiga.
Just like what my grandma says, contoh Silicon Valley vs Zhongguancun bagi Indonesia sebagai Negara Asean dan daerah kawasan berkembang, masih membutuhkan kebutuhan hidup mendasar yang harus terpenuhi dulu seperti makanan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.
Aplikasi seperti big data belum menjadi prioritas atau bagian hidup kebanyakan masyarakat Kita.
Startup Indonesia seharusnya bisa mencermati masalah yang terjadi disekitarnya dan memberikan solusi yang lebih baik agar bisa menjadi perusahaan kelas dunia – bersaing dengan silicon valley atau zhongguancun.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.