Artikel ini diberdayakan untuk excelsior-me.com
Artikel ini diterbitkan ulang karena adanya tanggapan pembaca.

“RIBUAN ORANG MENINGGAL DI INDONESIA SETIAP TAHUNNYA, DAN RATUSAN RIBU ORANG MENJADI CACAT KARENA PENYAKIT SENDI. MENGAPA PENYAKIT INI SANGAT BERBAHAYA DAN BAGAIMANA CARA MENGOBATINYA?”
Seorang mahasiswa yang luar biasa asal Indonesia telah menerima pengakuan internasional dan penghargaan tinggi dari komunitas medis berkat prestasinya dalam mengembangkan perawatan unik untuk mengatasi penyakit sendi. Penemuan ini akan memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk terhindar dari kematian dini yang disebabkan oleh keracunan darah karena penyakit sendi.
Pada tanggal 28 September 2019, terjadi sebuah peristiwa penting di Kongres Rheumatologi Dunia. Seluruh penonton, berdiri selama 10 menit, memuji pria muda yang berdiri di atas panggung. Pemuda ini adalah seorang mahasiswa asal Indonesia yaitu Arif Hidayat, yang mempresentasikan laporannya mengenai pengembangan alat unik yang dapat sepenuhnya mengobati sendi yang sakit.
Selama beberapa tahun, Arif Hidayat bersama dengan sekelompok ilmuwan terlibat dalam implementasi ide-idenya yang luar biasa. Para ahli dari Universitas Indonesia, Institut Reumatologi, Universitas Kedokteran, RSUP Cipto Mangunkusumo dan beberapa spesialis lain mengambil bagian dalam pengembangan obat ini. Sekarang gagasan tersebut sudah menjadi jelas bagi semua orang karena gagasan itu telah menjadi kenyataan dan mulai membawa hasil yang luar biasa.
Di dalam artikel ini, kami akan menjelaskan mengapa penyakit sendi sangat berbahaya dan bagaimana pengembangan terobosan baru ini dapat menyelamatkan jutaan nyawa. Selain itu, kita akan membahas pertanyaan tentang bagaimana dan dimana alat ini dapat diperoleh.
Reporter: Arif, Anda adalah salah satu dari 10 mahasiswa berprestasi dari universitas kedokteran terbaik di dunia. Mengapa Anda memutuskan untuk mengabdikan diri untuk memecahkan masalah penyakit sendi?
Arif; Saya tidak ingin membicarakan hal ini di depan khalayak, karena motivasi saya bersifat pribadi. Beberapa tahun yang lalu, ibu saya meninggal karena keracunan darah yang disebabkan oleh kerusakan jaringan artikular.
Dia selalu terlihat normal dan hanya sesekali mengeluh nyeri sendi. Seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya mulai meningkat, dan dokter memberikan rujukan untuk menjalani perawatan di rumah sakit di Jakarta.
Kami mengira bahwa tidak ada masalah, tetapi karena kelalaian dokter dan perawatan yang tidak tepat, ia mengalami keracunan darah. Mereka tidak bisa menyelamatkannya, dan dia sudah tidak ada di tengah-tengah kami selama beberapa tahun.
Yang paling menyedihkan adalah nenek saya meninggal karena alasan yang sama. Lalu saya bersumpah pada diri saya sendiri bahwa saya akan lulus dari universitas, menjadi seorang ilmuwan dan mengabdikan diri saya untuk memecahkan masalah penyakit sendi.
Saya masih ingat saat saya pertama kali menyadari bahwa semua tablet dan salep modern di apotek mengandung bahan kimia berbahaya yang menyebabkan efek samping negatif pada sendi yang sakit dan menghancurkan hati dan waktu itu saya sangat terkejut.
“Ini adalah obat yang sama dengan yang diminum ibu saya setiap hari”.
Selama tiga tahun terakhir Saya mendalami topik ini secara khusus. Saya mengembangkan metode baru untuk mengobati sendi, yang saat ini sedang ramai dibicarakan orang.
Metode ini muncul selama penulisan skripsi. Tentu saja, Saya menyadari bahwa Saya bisa berhasil menemukan pengobatan terbaru, tetapi Saya tidak pernah menyangka bahwa ini akan menimbulkan minat yang luas di seluruh dunia.
Reporter: Kami mendapat informasi bahwa perusahan-perusahan farmasi terkenal berskala internasional menaruh minat yang besar terhadap pengembangan pengobatan ini. Apakah mereka menawarkan untuk membeli pengembangan Anda?”
Arif; Begitu hasil uji klinis dipublikasikan, Saya langsung menerima beberapa penawaran untuk menjual hak paten bagi pengembangan saya. Awalnya Saya ditawari 120 ribu euro oleh perusahaan Perancis.
Kemudian perusahaan farmasi Amerika menawarkan $ 35 juta. Saya seringkali mendapatkan penawaran bisnis semacam ini untuk penjualan pengembangan saya. Sampai akhirnya Saya harus mengubah nomor telepon dan berhenti menggunakan jejaring sosial.
Reporter: Mengapa Anda tidak ingin menjual pengembangan Anda. Lagi pula, apakah penawaran itu benar-benar menguntungkan?
Arif: Mungkin ini terdengar aneh, tetapi Saya tidak membuat obat ini untuk dijual. Apa yang akan terjadi jika obat ini dibeli oleh perusahaan farmasi internasional?
Mereka akan segera menaikkan harga obat berkali-kali lipat. Dengan harga seperti itu, orang biasa tidak akan mampu membeli obat ini. Salah satu dokter asing memberi tahu Saya bahwa obat semacam itu bisa menghabiskan biaya setidaknya $3.000. Coba Anda pikirkan, apakah ada banyak orang Indonesia yang mampu membelinya?
Itulah sebabnya Saya langsung setuju ketika Saya menerima tawaran dari Departemen Kesehatan Indonesia tentang partisipasi pemerintah dalam kelanjutan pengembangan obat nasional Indonesia, negara Kami.
Sekarang Saya bekerja sama dengan spesialis terbaik dari Klinik Jantung Universitas Indonesia, universitas kedokteran dan Institut Riset Ilmiah di Bidang Reumatologi. Itu adalah pengalaman yang sangat berharga bagi Saya.
Sekarang obat telah lulus uji klinis dan tes, juga sudah memiliki semua sertifikat dan pengakuan. Hal yang terpenting adalah orang dapat dengan bebas membelinya dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Kami juga bertemu dengan seorang ahli dari Kementerian Kesehatan di bidang implementasi program pemerintah untuk pengembangan obat.

Beliau adalah seorang professor di Universitas Indonesia, seorang rheumatologist, wakil direktur Institut Reumatologi dan direktur Asosiasi Akademi Medis, Ahmad Sahlan, dan memintanya untuk berkomentar dan menginformasikan kepada Kementerian Kesehatan tentang rencana pengembangan obat baru.
Reporter: Profesor Ahmad Sahlan bolehkan Anda jelaskan kepada kami, hal apa yang baru dari dan apakah obat ini benar-benar merupakan obat terbaik di dunia untuk pengobatan penyakit sendi?
Ahmad Sahlan; Ya, sampai hari ini obat ini benar-benar obat yang terbaik dan memiliki pendekatan yang sama sekali baru untuk pengobatan penyakit sendi. Bagaimana cara kerja obat-obatan lama?
Tidak efektif, tidak selektif, dan memiliki efek samping berbahaya. Itu jalan buntu, karena solusi yang lama hanya membantu menghilangkan rasa sakit dan tidak bisa mengembalikan tulang rawan sendi.
Berjuang dengan adanya konsekuensi penyakit baru dan bukan mengobati penyebabnya. Obat-obatan tersebut tidak mengobati, tetapi hanya memperburuk kondisi pasien.
Pengembangan baru “Flexamove” memulai proses pemulihan jaringan tulang rawan di tingkat sel, sehingga menghentikan penghancuran sendi dan menghilangkan sumber infeksi.
Darah yang tidak terinfeksi memiliki akses langusng ke jaringan tulang di persendian dan terlibat dalam regenerasinya. Obat ini mengatasi kekurangan cairan sinovial, dan dengan demikian dapat mengembalikan fungsi sendi dan meningkatkan fleksibilitasnya.
Kita dapat mengatakan bahwa berkat “Flexamove”, serta upaya sejumlah dokter dan ahli, kita telah berhasil untuk membuat obat generasi baru yang efektif yang mengobati sendi dalam kondisi apa pun, dan pada usia berapa pun.
Reporter: Mengapa penyakit sendi begitu berbahaya?
Ahmad Sahlan; Lihatlah statistik kesehatan dan statistik jumlah kematian di Indonesia. Lebih dari 350.000 orang hanya bisa bergerak dengan menggunakan kursi roda. Sekitar 100.000 dari mereka benar-benar tidak berjalan. Sekitar 150.000 orang meninggal karena keracunan darah di sekitar jaringan artikular yang disebabkan oleh kerusakan sendi.
Penyakit sendi bukan hanya rasa sakit dan cacat, tetapi juga menjadi sumber infeksi yang terus-menerus di dalam tubuh yang dapat menyebabkan keracunan darah.
Infeksi menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan efek berbahaya pada semua organ. Apakah ini berarti bahwa siapa pun yang menderita nyeri sendi dalam bahaya yang mematikan? Bisa dibilang, Iya.
Serangan jantung, pendarahan otak, kanker hati, dan gagal ginjal dapat terjadi kapan saja. Seperti yang Anda lihat, tidak ada pasien yang berada dalam kondisi aman.
Reporter: Tapi bukankah ada banyak obat yang membantu mengobati sendi?
Ahmad Sahlan; Iya, ada sejumlah besar obat-obatan, tetapi semuanya bereaksi berdasarkan prinsip yang sama, yang tadi sudah dijelaskan di awal wawancara ini.
Mereka semua membantu untuk waktu yang singkat dan seseorang merasa lebih baik dalam jangka waktu tidak lama. Sebenarnya obat-obatan ini lebih cenderung membahayakan daripada membantu.
Dengan bantuan obat tersebut, tidak mungkin untuk menyembuhkan sendi dengan harga Rp.490.000,00. Arif Hidayat benar sekali. Jika Anda melihat apa yang dijual di rak farmasi, dan mendengarkan ahli independen, Anda akan memahami bahwa sebagian besar obat hanya menguras uang dari orang sakit.
Reporter: Tetapi kemudian “Flexamove” juga akan dijual di apotek?
Ahmad Sahlan; Lihatlah Arif. Begitu dia berhasil menciptakan obat revolusioner ini, semua perusahaan farmasi langsung mengantri untuk membeli hak paten atas obat ini.
Sayangnya, mereka membutuhkannya untuk tidak menjualnya, tetapi sebaliknya untuk tidak dijual. Lagi pula, mereka menginginkan agar orang tidak sembuh, tetapi terus sakit dan terus menerus membeli obat-obatan yang tidak berguna dari mereka.
Khusunya berkaitan dengan pengobatan sendi yang menjadi tambang emas di pasar farmasi. Di Amerika Serikat saja, obat-obatan semacam itu dijual miliaran dolar. Obat kami dapat secara dramatis mengubah situasi di pasar.
Sekarang, tidak ada lagi yang akan menghabiskan uang setiap bulan untuk obat-obatan lama yang tidak ada khasiatnya, ketika muncul alternatif “Flexamove” yang memungkinkan Anda untuk melupakan masalah sendi.
Mungkin kami tidak akan dapat bekerja sama dengan apotek. Jaringan farmasi adalah mitra perusahaan farmasi dan mereka berperan sebagai satu tim.
Mereka tidak ingin mendengar tentang kami dan tentang obat-obatan baru kami, walaupun faktanya obat kami saat ini merupakan satu-satunya obat yang secara resmi direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan Indonesia dengan hasil yang begitu signifikan dalam pengobatan dan rehabilitasi sendi.
Reporter: Tetapi jika obat itu tidak akan dijual di apotek, bagaimana obat itu bisa dibeli?
Ahmad Sahlan; Kami memutuskan untuk mengatur distribusi langsung “Flexamove” tanpa jaringan farmasi dan perantara.
Dari semua opsi yang memungkinkan, kami memilih opsi berikut: siapa pun dapat mengunjungi apotek online No. 1 Kementerian Kesehatan dan mengajukan permintaan. Setelah itu, seorang konsultan akan menghubunginya dan berbicara secara rinci tentang obat tersebut.
Setelah dikonfirmasi, obat akan dikirim kepada pelanggan melalui pos. Sesuai dengan ketentuan Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 September 2019 apotek online telah dibuat dan berfungsi.
Pada periode 8.11.2019 hingga 15.11.2019, kami melakukan promosi, dan obat dapat dipesan dengan diskon besar. Setiap orang yang mengajukan aplikasi sebelum tanggal 10 Oktober akan menerima paket “Flexamove” dengan diskon besar.
Ini adalah aksi kami bersama dengan Kementerian Kesehatan untuk menarik perhatian masyarakat terhadap obat tersebut. Kami berharap bahwa sistem promosi dari mulut ke mulut akan bekerja dan semua orang yang berhasil sembuh dapat merekomendasikan obat ini kepada teman-teman mereka.
Reporter: Menariknya, berapa harga “Flexamove” tanpa promosi diskon?
Ahmad Sahlan; Harga produksinya sekitar Rp.980.000,00 per paket. Kami berhasil membuat kesepakatan dengan dewan Asosiasi Kardiologi dan Rheumatologi untuk mengurangi harga bagi konsumen terakhir sebesar 50%.
Untungnya, orang-orang yang memecahkan permasalahan ini memahami betapa pentingnya produk ini tersedia untuk seluruh masyarakat, dan tidak hanya untuk orang-orang tertentu.
Kami berkomitmen untuk tidak menjual resep ke luar negeri dan tidak mengekspor produk ini. Ini hanya untuk Indonesia.
PERGI KE SITUS WEB APOTEK ONLINE No. 1 KEMENTERIAN KESEHATAN
Berikut ini tanggapan pembaca:
Sebagai balasan untuk LM Taufiqurrahman Nasiru.
Halo, saya kasih sedikit alasannya ya:
- Foto-foto yang ditampilkan bukan milik yang bersangkutan, foto pertama bukan foto Arif Hidayat dan foto kedua bukan foto Ahmad Sahlan. (hello, google images search?)
- Profil keduanya belum saya temukan sampai saat ini.
- Daftar nama Profesor di FKUI dapat diakses secara umum, tidak ada yang bernama Ahmad Sahlan
- Tidak ada yang namanya Universitas Kedokteran.
- Acara Kongres Rheumatologi Dunia tidak saya temukan berita resmi mengenai acaranya.
- Departemen Kesehatan Indonesia itu apa? Departemen?
- Peraturan resmi mengenai apotek online belum selesai dibuat sampai saat ini.
- “Sesuai dengan ketentuan Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 September 2019 apotek online telah dibuat dan berfungsi.” Ketentuan apa? Ketentuan yg tidak disertakan nomor = tidak bisa dipercaya karena tidak bisa ditelusuri melalui JDIH. Tidak ada “Ketentuan Kementerian Kesehatan Indonesia”, adanya hanya Keputusan Menteri Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan.
- “Kementerian Kesehatan Indonesia” itu apa? Bukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia / Kemenkes RI?
- Berita yang bisa dipertanggungjawabkan adalah yang mencantumkan nama dan kontak jurnalis
dah dulu ya pegel 👋
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.