Berita ini diberdayakan untuk tempo.co
Oleh: Tempo.co
© Copyright (c) 2016 TEMPO.CO foto
TEMPO.CO, Jakarta – PT Pertamina Persero secara resmi akan memiliki komisaris utama anyar mulai hari ini, Senin, 25 November 2019, melalui rapat umum pemegang saham luar biasa atau RUPSLB. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang saat ini tercatat sebagai kader PDIP, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, bakal menempati kursi itu.
Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir menjelang akhir pekan lalu mengumumkan kepastian Ahok masuk perusahaan minyak negara. “Insya Allah sudah putus dari beliau, Pak Basuki (Ahok) akan jadi Komisaris Utama Pertamina,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat pekan lalu.
Erick menerangkan, Ahok bakal didampingi oleh Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikini, yang akan menjabat Wakil Komisaris Utama Pertamina. Kabar Ahok bakal menjadi Komisaris Utama Pertamina sudah beredar sejak pertengahan November lalu.
Dua sumber Tempo di internal Kementerian BUMN lebih dulu menginformasikan soal penempatan Ahok sebelum Erick mengumumkannya. Menurut dua sumber Tempo itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menunjuk langsung nama mantan Bupati Belitung Timur itu untuk masuk ke perusahaan pelat merah.
“Permintaan itu dari Presiden, bukan Erick yang mengusulkan ke Istana,” tutur sumber.
Kabar penunjukan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina lalu menuai pro dan kontra. Sejumlah tokoh menyatakan menolak. Ada tiga tokoh yang terekam menyatakan penolakannya secara terang-terangan. Berikut ini tokoh tersebut:
1. Rizal Ramli
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai keputusan pengangkatan Ahok sebagai bos perusahaan pelat merah bakal menyusahkan Presiden Jokowi. Ia menyebut, masuknya Ahok ke Pertamina bakal menimbulkan masalah baru. “Saya bingung, Pak Jokowi cari masalah baru. Masalah udah banyak ditambahin lagi karena nunjuk Ahok,” kata dia di Jakarta, Jumat, 15 November 2019.
2. Fadli Zon
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon menyatakan penunjukan Ahok di Pertamina akan menimbulkan kegaduhan. Sebab, menurut dia, Ahok bukan profesional di bidang minyak. “Ya menurut saya pasti menimbulkan kegaduhan dong. Kan harusnya mencari orang profesional, emangnya dia ahli minyak? Dia kan bukan ahli minyak. Hebatnya apa dia di Pertamina?” katanya pada akhir pekan lalu.
Ia pun menganggap tak ada yang hebat dari sosok Ahok. Bahkan, Ahok tergolong biasa saja.
3. Serikat Pekerja Pertamina
Presiden Federasi Seikat Pekerja Pertamina Bersatu Arie Gumilar terang-terangan menolak Ahok menjadi bos perusahaan pelat merah. Dalam pesan pendek kepada Tempo, Arie menyatakan Ahok adalah tokoh yang kesohir kerap membuat kegaduhan.
“Kami semua tahu bagaimana track record sikap dan prilaku yang bersangkutan, yang selalu membuat keributan dan kegaduhan dimana mana, bahkan sering kali berkata kotor,” katanya, Jumat petang.
Arie khawatir karakter Ahok yang dia nilai menggebu-gebu ini akan berdampak pada organisasi Pertamina. Ia juga was-was ke depan hal ini bakal mempengaruhi distribusi energi dan pelayanan BBM kepada masyarakat. “Kami menilai sisi mudaratnya lebih besar daripada sisi manfaatnya,” tuturnya.
Tokoh lain, seperti Mantan Sekretaris Menteri BUMN, Said Didu, tidak mengambil sikap mendukung atau tidak mendukung Ahok. Said hanya mengatakan Ahok memiliki pekerjaan rumah setumpuk seumpama telah resmi menjabat sebagai bos Pertamina. Salah satunya menuntaskan maraknya mafia minyak.
Said mengimbuhkan, untuk menjadi komisaris utama di perusahaan minyak negara itu pun Ahok mesti memenuhi tigas syarat. “Pertama kompetensi, kedua integritas, ketiga kepemimpinan,” ujarnya.
Said berharap ke depan, Ahok akan memperbaiki cara kepemimpinannya. Misalnya memperbaiki tutur kata yang selama ini dipandang acap kasar.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | EKO WAHYUDI | FIKRI ARIGI | AHMAD FAIZ